Menghindari Fitnah Wanita
Bismillaah,
Banyak dikalangan muda apalagi dikalangan mahasiswa dan mahasiswi saat ini yang masih belum memperhatikan dengan benar bagaimana cara atau adab dalam berinteraksi dengan lawan jenisnya. Seperti yang kita ketahui bahwa di zaman ini bukan hal yang aneh apabila komunikasi sudah bisa dari jarak jauh dengan beragam fitur yang menarik dan canggih. Namun sebagai muslim dan muslimah, terlebih yang sudah paham dengan agamanya, sudah seharusnya memperhatikan bagaimana aturan-aturan syari’at dalam berinteraksi dengan lawan jenis. Sebelum masuk ke dalam tips bagaimana cara berinteraksi antara laki-laki dan perempuan non mahrom, mari kita simak terlebih dahulu mengenai dua point penting di bawah ini:
A. Fitnah Syahwat atau Mengikuti Hawa Nafsu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengkhawatirkan fitnah (kerusakan agama), baik fitnah syahwat dan fitnah syubhat, terhadap umatnya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ مِمَّا أَخْشَى عَلَيْكُمْ شَهَوَاتِ الْغَيِّ فِي بُطُونِكُمْ وَ فُرُوجِكُمْ وَمُضِلَّاتِ الْفِتَنِ
“Sesungguhnya di antara yang aku takutkan atas kamu adalah syahwat mengikuti nafsu pada perut kamu dan pada kemaluan kamu serta fitnah-fitnah yang menyesatkan” (HR. Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh Syu'aib Al Arnauth).
Dalam hal ini kaitan fitnah syahwat dengan interaksi antara laki-laki dan perempuan non mahrom sangat besar. Fitnah syahwat umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menjerumuskan manusia ke dalam dosa dan maksiat. Jika dalam interaksi antara laki-laki dan perempuan non mahrom tidak memperhatikan dengan benar salah satu dari kedua fitnah besar ini (yakni: fitnah Syahwat), maka nantinya bisa saja timbul dosa dan maksiat yang tidak disadari. Seperti contoh, ikhwan atau akhwat suka chatting baik di grup atau personal chat tanpa memperhatikan bagaimana besarnya fitnah syahwat, maka di dalam hatinya nanti bisa saja timbul perasaan yang tidak seharusnya, misal baper, keGRan, kagum, jatuh cinta, dan parahnya kalau sampai bisa menimbulkan penyakit ‘isyq atau dimabuk cinta hingga buta dan melalaikan dari agama yang haq. Wal’iyyadzubillaah.
Jadi sudah seharusnya sebelum kita berinteraksi dengan lawan jenis, maka kita harus perhatikan fitnah syahwat ini terlebih dahulu supaya ketika nanti kita berinteraksi dengan lawan jenis, hal-hal yang tidak diharapkan tidak akan terjadi, insyaa Allaah.
B. Fitnah Wanita
Seperti yang sudah kita ketahui bahwa terdapat suatu fitnah yang besar bagi kaum laki-laki. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَا تَرَكْتُ بَعْدِى فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
“Tidaklah aku tinggalkan sepeninggalku fitnah (cobaan) yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki yaitu (fitnah) wanita” (HR. Bukhari – Muslim).
Bahkan godaan wanita lebih dahsyat daripada godaan setan. Sebagian laki-laki mungkin bisa menahan godaan setan, akan tetapi bisa jadi ia lemah dengan godaan wanita.
Allah ‘azza wa Jalla berfirman,
إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفاً
“Sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah” (An-Nisa’:76).
Tapi jangan merasa aman terhadap godaan wanita, karena Allah ‘azza wa Jalla berfirman,
إِنَّ كَيْدَكُنَّ عَظِيمٌ
“Sesungguhnya tipu daya kalian para wanita adalah azhim (besar)” (Yusuf:28).
Dalam hal ini jika kita tidak memperhatikan bagaimana dasyatnya fitnah wanita sebelum berinteraksi dengan lawan jenis, maka bukan hal yang tidak mungkin baginya tidak akan terkena fitnah ini. Sungguh, ini bisa saja terjadi dan menimpa kepada kaum laki-laki karena seperti yang telah Allah firmankan bahwa tipu daya wanita adalah besar. Begitu juga dengan kaum wanita, sudah seharusnya tatkala ia mengetahui bahwa dirinya adalah sumber fitnah yang besar bagi kaum laki-laki, maka baiknya sebagai wanita yang shalihah dan sudah paham dengan agamanya, ia harus bisa menjaga dirinya dalam berinteraksi dengan lawan jenis. Jangan menjadi wanita yang haus akan rayuan dan pujian dari laki-laki, melainkan tetap jagalah izzah dan iffah sebagai wanita muslimah yang shalihah agar sumber fitnah darinya bagi kaum laki-laki tidak begitu nampak.
Setelah kita mengetahui dan menyimak kedua fitnah besar di atas, sekarang kita akan membahas beberapa tips bagaimana cara berinteraksi yang benar, baik secara langsung atau tidak langsung antara laki-laki dan perempuan agar tidak menimbulkan fitnah:
1. Tidak Berkhalwat atau Berduaan
Hendaknya ketika memiliki keperluan penting antara laki-laki dan perempuan jangan sampai dalam keadaan tertutup berduaan dalam satu tempat atau yang biasa kita kenal khalwat dengan yang bukan mahrom. Pilihlah tempat umum yang di sekitarnya terdapat banyak orang, tidak sepi dan sunyi.
Hukum berkhawat itu sendiri pun termasuk perbuatan yang dilarang oleh Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لا يخلون أحدكم بامرأة فإن الشيطان ثالثهما
“Janganlah salah seorang dari kalian berkhalwat dengan seorang wanita karena sesungguhnya syaitan menjadi orang ketiga diantara mereka berdua.” (HR. Ahmad 1/18, Ibnu Hibban [lihat Shahih Ibnu Hibban 1/436], At-Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Awshoth 2/184, dan Al-Baihaqi dalam sunannya 7/91. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam As-Shahihah 1/792 no. 430).
Beliau shallallahu'alaihi wasallam juga bersabda:
ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر فلا يخلون بامرأة ليس معها ذو محرم منها فإن ثالثهما الشيطان
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka janganlah ia berkhalwat dengan seorang wanita tanpa ada mahrom wanita tersebut, karena syaitan menjadi orang ketiga di antara mereka berdua” (HR. Ahmad dari hadits Jabir 3/339. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Irwaul Gholil jilid 6 no. 1813).
Jadi, usahakanlah jika bertemu secara langsung untuk tidak sampai berkhalwat ketika memiliki keperluan mendesak antara laki-laki dan perempuan.
2. Sampaikan Langsung atau To The Point
Ketika berbicara langsung dengan lawan jenis, sampaikan perkataan dengan to the point. Jangan sampai sekali pun menambah perkataan yang tidak perlu dari poin yang akan disampaikan. Misalnya:
• Contoh yang baik:
Apabila bertanya, “konsumsi untuk pemateri sudah?”, maka dijawab, “sudah.”
Contoh di atas termasuk adab yang baik karena tidak ada embel-embel, awalan, sapaan, akhiran, dsb.
• Contoh yang buruk:
Ketika ada janji bertemu untuk suatu keperluan antara laki-laki dan perempuan, terjadi interaksi seperti ini.
Laki-laki : “Eh ukh, assalaamu’alaikum. ‘Afwan telat, tadi imamnya lama, mana imam itu yang suka lahn jalli lagi, duh sedih.”
Perempuan : “Gapapa akhi. Btw lahn jalli itu apa ya?”
Laki-laki : “Lahn jalli itu blablabla~”
Perempuan : “Wah syukran jazaakallaahu khayran ya ilmunya.”
Laki-laki : “Ah gapapa sans ae. Ups jadi kemana-mana nih.”
Perempuan : “Ah gapapa sama akhi mah bermanfaat waktunya juga wk.”
Laki-laki : “Udah-udah, itu tuh konsumsi gimana? Udah beli buat pemateri?”
Perempuan : “Udah akhi, tadi sebelum ke sini sih hhe, jadi agak telat sebenernya dari waktu yang dijadwalkan.”
Laki-laki : “Oh sipsip, gapapa sih yg penting ada 'kan sekarang?”
Perempuan : “Iya akhi, ada kok, nih kalo mau liat.”
Laki-laki : “Okay, ada yang perlu disampaikan lagi, mungkin perihal konsumsi atau apa?”
Perempuan : “Umm.. nggak sih gaada.”
Laki-laki : “Oke kalo gitu, maaf ngerepotin ya ukhti, sekarang aku mau pergi dulu ada nugas bareng temen-temen shalih nih.”
Perempuan : “Wah, ya udah atuh semangat yaa~”
Laki-laki : “Yoi, assalamu’alaikum (sambil senyum).”
Perempuan : “Wa’alaikumussalam (sambil senyum juga).”
Contoh di atas termasuk adab yang buruk terlalu banyak pernak-pernik dan tambahan-tambahan yang tidak perlu dalam komunikasi dengan lawan jenis. Yang ini bisa menimbulkan fitnah.
3. Ketika Chatting
a. Hendaknya to the point
Jika memiliki keperluan mendesak antara laki-laki dan perempuan melalui chatting, baik di grup atau personal chat, maka usahakan sampaikan keperluan itu dengan to the point, tanpa banyak embel-embel atau basa basi. Jika tidak to the point dalam chat, hal itu juga dapat menimbulkan fitnah hingga bisa saja nanti menjadi terlalu asik dan hanyut terus-menerus dengan saling berbalas pesan dan sampai beberapa jam pun tidak akan terasa. Tentunya ini berbahaya karena bisa menjadi sebab terbukanya pintu-pintu gerbang zina.
b. Hindari penggunaan emoticon apapun ketika chatting dengan lawan jenis
Contoh emoticon yang ada di zaman sekarang banyak, misalnya emot tersenyum, kagum, sedih, suka, dsb. Lebih parahnya memakai simbol love atau cinta, ini tidak boleh. Kenapa tidak boleh memakai ini? Karena walau hanya sekadar emoticon atau simbol-simbol di dunia maya, hal ini tetap bisa menimbulkan fitnah pada hati-hati yang lemah dan sesungguhnya setiap hati manusia pasti lemah, tidak ada jaminan ia akan kuat dari fitnah. Sebab pada zaman dahulu saja terdapat seorang laki-laki yang padahal sudah paham agama, namun tetap bisa terfitnah oleh wanita. Jadi, tidak ada jaminan seseorang akan kuat dari fitnah sekalipun ia telah berilmu.
c. Diusahakan tidak memakai basa-basi atau embel-embel apapun
Contoh basa-basi atau embel-embel seperti, “wkwk, haha, hihi, eh, ai, wah, ohh gitu, hah?, hehe, hhe, ah, sipsip, umm.., semangat ya, memberi salam (jika belum bisa menjaga hati), apalagi yak, ntar yang tau, bisa bantu komen wkwk, dan masih banyak lagi.”
Kenapa tidak boleh memakai kata-kata di atas? Karena sama seperti alasan sebelumnya bahwa ini juga tetap bisa menimbulkan fitnah, baik berupa perasaan baper, kagum, dan masih banyak lagi.
d. Diusahakan tidak menyingkat kata atau kalimat
Contohnya seperti, “gpp, km, aq, iy, gk, kt, knp, gtu, sm, org, kyk, akh, ukh, dsb. Intinya semua singkatan. Kenapa ini juga tidak boleh dipakai? Karena hal ini bisa menimbulkan rasa kedekatan atau keakraban hingga berujung fitnah apabila memakainya.
e. Tidak bertanya hal pribadi dan curhat
Sebenarnya ini hampir mirip dengan point a di atas, namun di sini lebih diperinci. Contohnya seperti, “mbb baru pulang dari masjid,” “maaf lama balesnya tadi disuruh ibu ke warung dulu,” “maaf akhi, gabisa pergi disuruh ortu di rumah aja,” “maaf ya kalo terkesan marah-marah chat-nya abisnya tadi nilai tes jelek,” “sipsip, udah dulu ya, mau ngerjain tugas,” “mau caw dulu nih bareng temen-temen mau futsal,” “udah dulu ya akhi, disuruh mama tidur,” dan masih banyak lagi.
Intinya tidak bertanya hal pribadi dan curhat ketika dalam chatting. Jika sampai bertanya hal pribadi dan curhat, hal itu dapat menimbulkan perasaan empati, peduli yang lebih dan perhatian hingga berujung pada fitnah, perasaan keGRran, nyaman karena sering curhat, dsb.
Selain itu di sini juga akan dijelakan beberapa tips untuk menghindari perasaan baper saat berinteraksi antara laki-laki dan perempuan. Di antaranya,
4. Ketika Berinteraksi Secara Langsung
• Jika berpapasan bertemu dengan laki-laki atau perempuan yang dikenal, maka tidak perlu memberi salam untuk saat ini, jika belum bisa menjaga hati.
• Tidak perlu memberi senyum. Bukan berarti memberi senyum itu buruk karena pada asalnya tersenyum kepada sesama muslim dianjurkan dan dapat bernilai sedekah. Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَبَسُّمُكَ فِى وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ
“Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu” (HR at-Tirmidzi (no. 1956), Ibnu Hibban (no. 474 dan 529) dll, dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban, dan dinyatakan hasan oleh at-Tirmidzi dan syaikh al-Albani dalam “ash-Shahihah” (no. 572).)
Akan tetapi bila dalam konteks interaksi antara laki-laki dan perempuan yang belum mahrom atau bukan mahrom, maka tersenyum di sini dapat menimbulkan mudharat yang lebih besar jika sampai terjadi di antara keduanya. Namun jika sudah terlanjur ada yang memberi salam di antara laki-laki dan perempuan non mahrom dan hukum menjawab salam itu wajib, maka jawablah salam tersebut dengan menjawabnya di dalam hati atau dengan suara lirih saja, tidak sampai terdengar jelas.
• Jika ada keperluan untuk berbicara hal penting secara langsung, tidak diperkenankan saling memandang atau lebih tepatnya saling menundukkan pandangan.
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandanganya..” (An Nur: 30).
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya…” (An-Nuur : 31).
• Usahakan bagi perempuan untuk tidak mendayu-dayukan atau melemah-lembutkan suara ketika berbicara dengan laki-laki, karena hal ini juga dapat menimbulkan fitnah baginya. Bahkan hal tersebut Allaah telah melarangnya kepada perempuan untuk tidak berlemah lembut dalam berbicara dengan laki-laki agar tidak timbul keinginan orang yang di dalam hatinya terdapat penyakit, seperti firman-Nya (yang artinya), “Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain jika kamu bertaqwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara dengan mendayu-dayu sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya” (Al Ahzab: 32).
'melembutkan suara' di sini mencakup semua komunikasi verbal atau tulisan yang bisa merusak hari para lelaki. Ibnu Katsir menjelaskan ayat ini: 'anganlah kamu menundukkan suara', As Suddi dan para ulama yang lain menyatakan, maksudnya adalah melembut-lembutkan perkataan ketika berbicara dengan lelaki. Oleh karena itu Allah berfirman ‘sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya‘ maksudnya hatinya menjadi rusak” (Tafsir Ibnu Katsir, 6/409).
5. Ketika Berinteraksi Secara Tidak Langsung
• Tidak perlu menuliskan salam diawal chatting jika itu bertujuan hanya untuk menyampaikan pesan tanpa berlanjut dengan obrolan penting atau saling berbalas pesan. Tulis saja “Bismillaah” sebagai awal untuk memulai chat. Itu sunnahnya. Namun jika chatting itu bertujuan untuk membicarakan obrolan penting hingga berlanjut berbalas pesan, maka tulislah salam diawal chat dengan jelas dan benar, tanpa di singkat.
• Perbanyak tanda titik, maksudnya titik di akhir kalimat. Bukan “tidak…” seperti itu, melainkan “tidak.” Kenapa demikian? Hal ini dianjurkan agar chatting terkesan kaku, tegas, dan tidak menimbulkan fitnah.
• Gunakan pilihan kata atau kalimat yang baku dan elegan. Misalnya, “Tadi pemateri sudah diberikan konsumsi?”, bukan seperti ini, “Tadi kamu udah ngasih pemateri konsumsi?” Walau hanya berbeda sedikit, tapi ini tetap saja bisa berpengaruh karena terlalu terkesan akrab jika memakai bahasa non baku.
• Diusahakan tidak bermudah-mudahan chatting langsung ke lawan jenis jika dirasa masih ada sesama jenisnya yang bisa membantu untuk suatu urusannya.
• Langsung hapus chat jika memang sudah selesai chatting-nya dengan lawan jenis. Tidak usah sampai disimpan-simpan karena rentan menimbulkan fitnah. Jika setelah selesai chatting dan diakhiri dengan titik, maka langsung auto delete chat.
Point terakhir sebagai penutup adalah adab baik untuk menghindari fitnah antara laki-laki dan perempuan ketika di media sosial, baik itu ketika di Line, Twitter, Instagram, atau sosial media lainnya.
• Dianjurkan kepada perempuan untuk tidak perlu memberi like pada setiap postingan laki-laki bila tidak diperlukan, begitu juga sebaliknya walaupun isi postingan tersebut bagus. Hal ini dianjurkan agar keduanya tidak menjadi baper, keGRan, atau perasaan lainnya. Jika merasa suka dengan isi postingan tersebut, maka tidak perlu memberi like, cukup baca dan langsung amalkan saja jika itu berupa nasihat.
• Dianjurkan pula kepada laki-laki dan perempuan, jika ada lawan jenis yang masih suka memberi like pada postingan yang kau posting dan memberi like-nya itu sering hingga bila setiap posting sesuatu lawan jenisnya tersebut tidak pernah lewat untuk memberi like, maka saran yang dianjurkan agar terhindar dari fitnah adalah langsung block saja akun lawan jenis tersebut di sosial media atau remove saja sekalian. Bukan jahat atau tega, hanya saja hal ini dilakukan untuk menghindari fitnah yang pada hakikatnya menyambar-nyambar sedangkan hati ini lemah.
Sudah banyak terjadi satu, dua atau beberapa orang yang walaupun mereka pernah kajian Islam, akan tetapi pada suatu waktu mereka entah kenapa dalam display photo baik Line, Instagram, dan akun lainnya malah berduaan dengan lawan jenis non mahrom, tentu itu sangat disayangkan. Tidak pernah menutup kemungkinan, siapa pun baik laki-laki maupun perempuan yang sudah atau belum ngaji, sebesar apapun imannya, ujian ini sungguh berat. Jika kalian sering mendengar cerita ada laki-laki yang rela membuang agamanya demi seorang wanita, sungguh hal ini sudah cukup membuktikan bahwa tidak ada yang bisa terhindar dari fitnah. Fitnah bisa menimpa kepada siapa saja yang tidak mau berusaha menjaga.
Yuk kita bersabar dalam menjaga adab ketika berinteraksi dengan lawan jenis, baik dengan yang bukan atau belum menjadi mahrom kita, sampai nanti bila Allaah izinkan kita memiliki suami atau istri. Tidak perlu nge-booking akhwat (bagi ikhwan) dengan cara membaperkan mereka pada kita dan tidak perlu juga melemahkan diri kalian (bagi akhwat) kepada setiap laki-laki shalih yang menggugah hati kalian.
Semoga Allaah memudahkan kita untuk mengamalkan dan saling menjaga agar terhindari fitnah ini. Aamiin allaahumma aamiin.
Wallaahu a'lam.
_____________________________
Muroja'ah : Ustadz Yulian Purnama حفظه الله
Ide tulisan : Fulan حفظه الله
Bandung, 27 Mei 2020.
Referensi:
[1] Aris Munandar, 2010. Bolehkah Komunikasi Lawan Jenis via HP atau Chatting.
[2] Adika Mianoki, 2014. Cara Menangkal Fitnah Syubhat dan Syahwat.
[3] Agung Pranowo, 2014. Wanita Ujian Terbesar Kaum Laki-laki.
https://muslim.or.id/19526-wanita-ujian-terbesar-kaum-laki-laki.html
[4] Firanda Andirja, 2008. Waspadai Bahaya Khalwat.
https://muslim.or.id/28-mewaspadai-bahaya-khalwat.html
[5] Abdullaah Taslim. 2010. Keutamaan Tersenyum di Hadapan Seorang Muslim.
[5] Abdullaah Taslim. 2010. Keutamaan Tersenyum di Hadapan Seorang Muslim.
https://muslim.or.id/3421-keutamaan-tersenyum-di-hadapan-seorang-muslim.html
[6] M Saifudin Hakim, 2015. Menjaga Pandangan Mata.
[6] M Saifudin Hakim, 2015. Menjaga Pandangan Mata.
https://muslim.or.id/26590-menundukkan-pandangan-mata.html
[7] Ummu Aufa, 2008. Ukhti, jagalah suaramu!
:https://muslimah.or.id/15-ukhti-jagalah-suaramu.html
[8] Andy Octavian Latief, 2019. Lebih Utama Memulai Chat dengan Basmalah atau Salam.
[7] Ummu Aufa, 2008. Ukhti, jagalah suaramu!
:https://muslimah.or.id/15-ukhti-jagalah-suaramu.html
[8] Andy Octavian Latief, 2019. Lebih Utama Memulai Chat dengan Basmalah atau Salam.
Komentar
Posting Komentar